Lain Dulu Lain Sekarang
Mama Nurhayati Banfatin, biasa disapa Mama Nur, lahir di Besnake, tanggal 1 Juli 1974. Mama Nur menikah dengan Bapak Deky Maag dan dikaruniai 3 orang anak. Mama Nur adalah salah satu anggota kelompok dampingan SSP di Desa Bijaepunu yang tergabung dalam kelompok JPMP (Jaringan Pemerhati Masalah Perempuan).
Sejak bergabung menjadi anggota kelompok dampingan SSP, Mama Nur terlibat aktif dalam diskusi-diskusi bersama kelompok maupun berbagai kegiatan penguatan kapasitas yang dilakukan oleh SSP dan mendapatkan banyak informasi termasuk bagaimana membangun relasi yang adil dan setara antara laki-laki dan perempuan.
Banyak perubahan yang dirasakan ketika mulai bergabung menjadi kelompok dampingan SSP. Perubahan itu tidak hanya terjadi dalam kehidupan Mama Nur secara pribadi tetapi juga dalam kehidupan rumah tangga. Mama Nur berbagi cerita dengan “okomama”, bagaimana ia dan sang suami berbagi peran dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. Mama Nur mengakui bukan hal yang mudah untuk merubah sebuah kebiasaan, dimana masih banyak orang yang berpandangan bahwa sudah menjadi tugas seorang perempuan untuk memasak dan menyelesaikan pekerjaan rumah .
Lain dulu lain sekarang, sebuah kalimat yang pas untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Mama Nur. Sang suami yang dulunya enggan membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, kini juga mengambil peran untuk tidak hanya membantu tetapi secara penuh menyelesaikan pekerjaan rumah baik itu memasak dan lain sebagainya.
Ketika ditanya bagaimana perubahan ini bisa terjadi, Mama Nur mengatakan bahwa setiap informasi yang didapat dari SSP baik itu gender dan informasi lainnya disampaikan juga ke sang suami. Dari situ terbangunlah diskusi dan lahirlah komitmen-komitmen baru dalam rumah tangga termasuk berbagi peran dalam menyelesaikan pekerjaan rumah.
Mama Nur juga berperan sebagai pendamping korban di Desa Bijaepunu yang sudah dibekali oleh SSP melalui berbagai penguatan kapasitas. Sebagai bagian dari SSP, Mama Nur juga memiliki kepedulian yang sama terhadap berbagai tindak kekerasan yang dialami oleh perempuan dan anak. Tidak hanya mendampingi korban kekerasan di Desa Bijaepunu, Mama Nur juga dipercaya untuk mendampingi perempuan korban kekerasan di Desa Tetangga.
Kepedulian itulah yang mendorong Mama Nur untuk terus mendampingi korban sampai korban mendapatkan haknya atas ketidakadilan yang dialami. Mama Nur setia mendampingi korban dalam setiap tahapan penanganan kasus sampai di tingkat Kepolisian. Ada banyak dukungan yang didapat dan itu menjadi semangat bagi Mama Nur, termasuk suami yang selalu memotivasi.
Bagi Mama Nur, setiap keyakinan yang disertai dengan usaha akan membuahkan hasil. Karena itu dalam setiap kesempatan baik dalam keluarga maupun kegiatan-kegiatan ibadah rumah tangga, Mama Nur berbagi informasi tentang gender dan kekerasan terhadap perempuan maupun anak. Hal ini dilakukan untuk membangun kesadaran keluarga maupun lingkungan untuk sama-sama peduli terhadap berbagai ketidakadilan dan kekerasan yang dialami perempuan.
Segala sesuatu pasti berubah menjadi lebih baik, ketika harapan itu tidak hanya menjadi sebuah niat tapi diserta dengan usaha. Setiap kebiasaan bisa dirubah, suami dan istri dapat berbagi peran dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. Ini hanya sebagian cerita dari Mama Nur, walaupun diusia yang tidak muda lagi, tetapi tetap punya semangat yang tinggi untuk mendampingi korban kekerasan dan berjuang bersama mereka. Perubahan tidak mengenal usia dan tidak ada kata terlambat bagi kita untuk mulai menciptakan perubahan yang lebih baik lagi. Perempuan dan laki-laki diciptakan sama dan setara serta memiliki hak yang sama. Suami dan istri dapat berbagi peran menyelesaikan pekerjaan ruman. Ini sebuah pesan dari Desa Bijaepunu, semoga dapat menginspirasi kita semua.
Mama Nurhayati Banfatin, biasa disapa Mama Nur, lahir di Besnake, tanggal 1 Juli 1974. Mama Nur menikah dengan Bapak Deky Maag dan dikaruniai 3 orang anak. Mama Nur adalah salah satu anggota kelompok dampingan SSP di Desa Bijaepunu yang tergabung dalam kelompok JPMP (Jaringan Pemerhati Masalah Perempuan).
Sejak bergabung menjadi anggota kelompok dampingan SSP, Mama Nur terlibat aktif dalam diskusi-diskusi bersama kelompok maupun berbagai kegiatan penguatan kapasitas yang dilakukan oleh SSP dan mendapatkan banyak informasi termasuk bagaimana membangun relasi yang adil dan setara antara laki-laki dan perempuan.
Banyak perubahan yang dirasakan ketika mulai bergabung menjadi kelompok dampingan SSP. Perubahan itu tidak hanya terjadi dalam kehidupan Mama Nur secara pribadi tetapi juga dalam kehidupan rumah tangga. Mama Nur berbagi cerita dengan “okomama”, bagaimana ia dan sang suami berbagi peran dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. Mama Nur mengakui bukan hal yang mudah untuk merubah sebuah kebiasaan, dimana masih banyak orang yang berpandangan bahwa sudah menjadi tugas seorang perempuan untuk memasak dan menyelesaikan pekerjaan rumah .
Lain dulu lain sekarang, sebuah kalimat yang pas untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Mama Nur. Sang suami yang dulunya enggan membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, kini juga mengambil peran untuk tidak hanya membantu tetapi secara penuh menyelesaikan pekerjaan rumah baik itu memasak dan lain sebagainya.
Ketika ditanya bagaimana perubahan ini bisa terjadi, Mama Nur mengatakan bahwa setiap informasi yang didapat dari SSP baik itu gender dan informasi lainnya disampaikan juga ke sang suami. Dari situ terbangunlah diskusi dan lahirlah komitmen-komitmen baru dalam rumah tangga termasuk berbagi peran dalam menyelesaikan pekerjaan rumah.
Mama Nur juga berperan sebagai pendamping korban di Desa Bijaepunu yang sudah dibekali oleh SSP melalui berbagai penguatan kapasitas. Sebagai bagian dari SSP, Mama Nur juga memiliki kepedulian yang sama terhadap berbagai tindak kekerasan yang dialami oleh perempuan dan anak. Tidak hanya mendampingi korban kekerasan di Desa Bijaepunu, Mama Nur juga dipercaya untuk mendampingi perempuan korban kekerasan di Desa Tetangga.
Kepedulian itulah yang mendorong Mama Nur untuk terus mendampingi korban sampai korban mendapatkan haknya atas ketidakadilan yang dialami. Mama Nur setia mendampingi korban dalam setiap tahapan penanganan kasus sampai di tingkat Kepolisian. Ada banyak dukungan yang didapat dan itu menjadi semangat bagi Mama Nur, termasuk suami yang selalu memotivasi.
Bagi Mama Nur, setiap keyakinan yang disertai dengan usaha akan membuahkan hasil. Karena itu dalam setiap kesempatan baik dalam keluarga maupun kegiatan-kegiatan ibadah rumah tangga, Mama Nur berbagi informasi tentang gender dan kekerasan terhadap perempuan maupun anak. Hal ini dilakukan untuk membangun kesadaran keluarga maupun lingkungan untuk sama-sama peduli terhadap berbagai ketidakadilan dan kekerasan yang dialami perempuan.
Segala sesuatu pasti berubah menjadi lebih baik, ketika harapan itu tidak hanya menjadi sebuah niat tapi diserta dengan usaha. Setiap kebiasaan bisa dirubah, suami dan istri dapat berbagi peran dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. Ini hanya sebagian cerita dari Mama Nur, walaupun diusia yang tidak muda lagi, tetapi tetap punya semangat yang tinggi untuk mendampingi korban kekerasan dan berjuang bersama mereka. Perubahan tidak mengenal usia dan tidak ada kata terlambat bagi kita untuk mulai menciptakan perubahan yang lebih baik lagi. Perempuan dan laki-laki diciptakan sama dan setara serta memiliki hak yang sama. Suami dan istri dapat berbagi peran menyelesaikan pekerjaan ruman. Ini sebuah pesan dari Desa Bijaepunu, semoga dapat menginspirasi kita semua.